Kamis, 11 Februari 2016

ETHNOMATHEMATICS : CULTURE IN THE PERSPECTIVE OF MATHEMATICS


Ethnomatematika dalam pandangan pendidikan matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara budaya dan matematika. Perkuliahan ethnomatematika menggunakan metode research. Ethnomathematika berbicara tentang mindset seseorang, bagaimana pola berpikir seseorang. Jika dilihat pada pengajaran menggunakan metode tradisional hanya transfer of learning saja yang tidak perlu menggunakan ethnomatematika. Namun, tetap saja guru yang sudah mengajar matematika berpuluh puluh tahun yang tidak pernah menggunakan ethnomatematika tetap mempunyai gaji tinggi, punya mobil mewah dan kehidupan mewah lainnya.
Keunggulan mendapat pengetahuan kuliah tentang ethnomatematika adalah bisa membuka wawasan berpikir seseorang karena domain (area) etno meliputi inovasi, research (skripsi), collaboration, cooperation dan perspektif global. Dalam ethnomatematika, budaya kita merupakan bahannya sedangkan peralatannya adalah bacaan-bacaan berupa buku yang inovatif bukan konvensional.
Berbicara kembali tentang mindset antara perbedaan inovasi dan tradisional. Budaya kita mengacu budaya tradisional. Maka dari itu, negara kita juga menghasilkan orang-orang tradisional pula. Sehingga orang sekarang ini memiliki ambivalensi tetapi pemikirannya jadul. Seperti yang kita lihat sekarang ini, cara mengajar murid yang konvensional. Guru selalu mengajar berdiri di depan kelas, menjelaskan materi sebanyak-banyaknya. Akumulasi budaya semacam ini menghasilkan mindset bahwa mengajar itu harus tampil di depan kelas. Seharusnya sudah berbeda cara mengajarnya. Lebih baik menerapkan prinsip demokratis yang memberikan hak bersuara kepada para siswa. Dewasa ini proses pembelajaran masih berorientasi pada guru. Artinya guru merasa benar, merupakan satu-satunya sumber sehingga membekali siswa dengan ilmu sebanyak-banyaknya. Metode yang digunakan juga tunggal, yaitu ceramah. Namun ternyata sistem pendidikan di Indonesia juga seperti itu yang ukuran kualitasnya dinilai melalui Ujian Nasional (UN). Hal terpenting adalah NEM tinggi dan siswanya lulus semua. Akhirnya sekolah hanya memikirkan bagaimana para siswanya lulus dengan hasil UN tinggi. Fenomena tersebut tidak ada hubungannya dengan ethnomathematics.
Inovasi pembelajaran matematika sekarang ini harus berorientasi pada siswa, artinya sesuai dengan kebutuhan siswa. Apakah yang dimaksud dengan sesuai kebutuhan siswa? Yaitu sesuai dengan perkembangan jiwa siswa,  psikologi siswa, beda kelas berbeda pula metode yang digunakan, bahkan dalam satu kelas menggunakan banyak metode pembelajaran, buku bacaannya banyak, guru memfasilitasi siswa, siswa diberi kesempaatan pendapat, ada kegiatan explore, pengamatan, dan menggunakan media pembelajaran yang sesuai. Dari situlah ada kebutuhan untuk mengembangkan pembelajaran berbasis budaya. Budaya siswa dan budayanya guru yang merupakan anggota masyarakat sekitar. Itulah yang dinamakan ethnomatematika. Dalam ethnomatematika terdapat mindset yang uniform, ber-chemistry. Maka ada istilah to construct (membangun) pengetahuan siswa. Kemudian ada pula kontekstual dan matematika realistis. Dalam matematika realistis ada iceberg (gunung es) yang berisi 4 tingkatan dalam belajar matematika :
1.      Matematika konkret (Ethnomatematika masuk pada kategori matematika konkret)
2.      Model konkret
3.      Model formal
4.      Formal
  Jadi, ethnomatematika adalah dunia research. survey, pengembangan, yang selaras dengan dunia mahasiswa. Karena skripsi merupakan karya ilmiah yang berupa pengembangan dunia, research yang berchemistry dengan penulisan thesis. Dengan demikian diharapkan anda wawasannya luas. Khususnya dunia budaya. Produk budaya dinamakan artefak. Artefak merupakan bentuk bendanya tetapi bisa juga berupa ide, pikiran maupun karya sastra. Jadi setiap daerah mempunyai budaya untuk pengembangan pembelajaran matematika. Kalau belum termasuk peninggalan budaya namanya masih kontekstual. Budaya ini akan bermanfaat dalam:
        --- Mengembangkan konten matematika berbasis budaya     
        --- Mengembangkan silabi dan rpp berbasis budaya

  Dengan adanya ethnomatematika ini akan membuka wawasan, membuka mindset dan membuka pikiran jadul. Jika sudah menemukan budaya yang tepat, tahap pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi budaya di sekitar anda apa saja yang bisa dipakai. Tahap kedua budaya tersebut lalu dioperasionalkan. Kalau bisa digali dari daerah sekitar anda lebih bagus seperti contohnya Borobudur, Prambanan, dan Kraton Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi "Senja dan Dirinya"

Senja dan Dirinya Senja mulai berganti malam hiruk pikuk suara memenuhi semua penjuru ruangan aku melihat seseorang terdiam memandangku...