Dalam rangka memperingati hari jadi Desa
Tlogoadi yang ke-68, Desa Tlogoadi mengadakan merti desa yang diikuti oleh 12
Dusun yaitu Cebongan Lor, Cebongan Kidul, Karanglo, Karangbajang, Getas
Toragan, Getas Kalongan, Getas Gandekan, Bolawen, Nambongan, Sanggrahan,
Plaosan, dan Nglarang. Masing-masing dusun memberikan aneka kreasi yang
dimiliki dusun. Acara merti desa diadakan pada tanggal 27 November 2016 dengan
melakukan kirab sepanjang jalan Youth Center menuju kantor Desa Tlogoadi. Kirab
merti desa dihadiri oleh Seluruh Kepala
Desa Se-Kecamatan Mlati, Wakil Bupati Sleman, Camat Mlati, Kepala KUA Mlati, Kapolsek
Kecamatan Mlati serta Danramil Mlati dan beberapa jajaran perangkat Desa
Tlogoadi.
Cebongan Lor sebagai salah satu pengisi
acara merti desa menampilkan berbagai penampilan yang diikuti mulai dari
anak-anak PAUD hingga orang tua. Kirab budaya Cebongan Lor bertema “Manusia
Daur Ulang Sampah”. Tema ini diambil karena saat ini pembuangan sampah sudah
sulit dan di dusun Cebongan Lor sudah ada pengelolaan sampah mandiri yang
bernama “Bank Sampah Semi”. Terdapat berbagai kelompok yang dikelompokkan
berdasarkan kostum yang digunakan diantaranya Laskar Kyai Cebong, Karate Anak,
Bank Sampah “Semi”, Kebaya, Tari Tradisional, Ibu-ibu PKK, Klothekan, “Ogoh-ogoh”,
Bola Dunia, Panji, Cacing Pengurai, dan Anak-anak Paud. Dari berbagai kategori
tersebut menggunakan berbagai atribut dan properti yang menambah kemeriahan
kirab budaya dalam rangka memperingati merti desa Tlogoadi.
Garda terdepan Cebongan Lor diisi oleh Laskar
Kyai Cebong yang merupakan barisan Prajurit khas Yogyakarta atau yang disebut bregodo. Dengan membawa property yang
terbuat dari bamboo bertuliskan “Cebongan Lor”, Laskar Kyai Cebong yang diikuti
oleh 40 orang memberikan kesan yang berwibawa dari sosok prajurit. Kostum yang
digunakan adalah pakaian lurik Jawa lengkap dengan senjata tombak. Langkah demi
langkah Laskar Kyai Cebong sangat teratur sesuai iringan gamelan.
Laskar Kyai Cebong |
Setelah Laskar Kyai Cebong, kelompok
Karate Anak Cebongan Lor menempati posisi kedua. Kelompok karate sebagai salah
satu wadah pengembangan diri anak di Cebongan Lor belum lama dibentuk. Meskipun
demikian, antusias anak-anak untuk mengikuti cukup tinggi. Hal tersebut
dibuktikan dengan jumlah anak yang tergabung sebanyak +- 12 anak.
Bank Sampah “Semi” merupakan salah satu program
yang sangat diunggulkan oleh Cebongan Lor. Pada kirab kali ini, dari pemuda
menampilkan property yang terbuat dari sampah. Properti yang digunakan berupa
rumah sampah yang dibuat dari gerobak dan dihias dengan sampah-sampah yang ada.
Kemudian pemudi mengenakan gaun cantik yang terbuat dari sampah plastik sedangkan
pemuda mengenakan kostum dari sampah kardus yang sudah dicat membentuk
karakter-karakter tertentu. Bank Sampah “Semi” menjadi sorotan publik karena
keuletan dan kreativitas yang ditampilkan oleh pemuda pemudi Cebongan Lor.
Bank Sampah "Semi" |
Kelompok kebaya diisi oleh anak-anak TK
yang menggunakan kostum kebaya dan didandani khas Jawa. Anak-anak terlihat
sangat cantik dan lucu. Setelah kelompok kebaya, pemudi Cebongan Lor
menampilkan kreasi tari tradisional. Mereka berpenampilan menarik dengan
pakaian jawa dan atribut berupa caping
yang dihias dengan bunga-bunga. Sepanjang jalan pemudi menyanyikan berbagai
lagu Jawa dan tarian sederhana yang menghibur dan sangat unik. Setelah deretan
kelompok tradisional, selanjutnya diisi oleh ibu-ibu PKK Cebongan Lor yang
menggunakan pakaian Jawa dan caping seperti
halnya kelompok tari. Ada yang berperan sebagai tukang jamu, ada pula yang
membawa papan berupa himbauan-himbauan untuk warga masyarakat. Contoh
tulisan-tulisan tersebut adalah “Dukung PHBS”, “Cegah DB dengan 3M”.
Garda selanjutnya adalah gabungan dari
tim klothekan, “Ogoh-Ogoh”, Bola Dunia, Panji dan Cacing Pengurai. “Ogoh-ogoh”
merupakan properti berupa orang-orangan yang menunjukkan warga Cebongan Lor
yang peduli akan lingkungan dengan membawa sapu sebagai salah satu alat
kebersihan lingkungan. Kelompok Bola Dunia dan Panji diperankan oleh manusia
hitam dan manusia putih. Properti bola dunia terbuat dari bambu kemudian
digulingkan sepanjang jalan dan dikawal oleh Panji. Ini dimaknai bahwa kekayaan
alam Dusun Cebongan Lor dikelola dengan baik oleh warga. Kemudian ada Cacing
Pengurai yang diperankan oleh manusia hitam. Cacing pengurai ini juga menunjukkan
kesuburan tanah di Cebongan Lor. Yang dimaksud manusia dan manusia putih disini
adalah lambing keberagaman manusia baik dari segi agama, budaya maupun suku.
Manusia hitam dan putih dibentuk dengan mengecat seluruh tubuh menggunakan cat
yang dapat dicuci dengan air.
"Ogoh-ogoh" |
Anak-anak PAUD Srikandi Cebongan Lor
adalah kelompok terakhir dari Cebongan Lor, Diikuti oleh anak-anak PAUD
sebanyak +- 25 orang dan wali murid serta guru-guru PAUD. Dengan menyanyikan
lagu-lagu anak-anak, menambah kelucuan dan kemeriahan suasana kirab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar