Selasa, 23 Februari 2016

ETHNOMATEMATIKA DI DUSUN BUDAYA CEBONGAN LOR



Budaya merupakan aset suatu negara sangat mendominasi. Budaya Indonesia yang begitu bergam tesebar di seluruh pelosok Indonesia. Tidak dipungkiri bahwa budaya-budaya yang ada di Indonesia dapat menjadi bahan ajar dalam matematika yang disebut sebagai etnomatematika. Salah satunya terdapat di dusun Cebongan Lor. Dusun Cebongan Lor merupakan dusun yang dapat dikatakan sebagai kota kecil karena terletak di wilayah yang strategis. Dusun tersebut diapit tempat-tempat vital seperti kawasan pemerintahan kecamatan Mlati, puskesmas, pasar, swalayan, sekolah-sekolah, lapangan dan berbagai tempat yang digunakan sebagai perkumpulan warga. Lantas, dusun tersebut seperti layaknya kota yang dipenuhi dengan lalu lalang orang dan banyak bangunan-bangunan yang sudah berdiri. Meskipun demikian, Cebongan Lor merupakan suatu dusun yang masih kental akan budaya. Budaya-budaya yang berada di Cebongan Lor juga erat kaitannya dengan etnomatematika.
Etnomatematika merupakan ranah inovasi yang berhubungan dengan budaya dan matematika. Etnomatematika terdiri dari dua kata, etno (etnis/budaya) dan matematika. Itu berarti bahwa dalam ethnomathematics, matematika terkait dengan budaya. Selanjutnya, menurut Ascher di Rex Matang (2002) budaya berarti bahasa masyarakat, tempat, tradisi, dan cara-cara pengorganisasian, menafsirkan, konseptualisasi, dan memberikan makna terhadap dunia fisik dan sosial. Sekarang ini sudah banyak etnomatematika yang disisipkan dalam pembelajaran matematika guna meningkatkan pemahaman konsep-konsep matematika.
Berikut ini merupakan kekayaan di Cebongan Lor dan dalam lingkup kecamatan Mlati yang mengandung etnomatematika:
1.      Perhitungan Neptu Jawa dan Pasaran
Pasaran adalah nama pada 5 hari dalam satu siklus, yaitu Legi, Pon, Wage, Kliwon, Pahing. Sedangkan neptu adalah nilai dari jumlah hari dan pasaran. Masyarakat Cebongan Lor masih banyak yang menganut perhitungan Jawa demikian ketika memilih calon pasangan hidup atau untuk menentukan tanggal pernikahan. Melalui konsep tersebut telah menggunakan konsep matematika seperti operasi penjumlahan bahkan sampai perkalian modulo.
2.      Penampungan Benda Cagar Budaya Mlati
         
    (Sumber: http://tarabuwana.blogspot.co.id/2010/10/penampungan-bcb-mlati.html)

Tempat penampungan Benda Cagar Budaya Mlati merupakan situs yang digunakan untuk menampung benda-benda purbakala yang ditemukan di daerah kecamatan Mlati termasuk dusun Cebongan Lor. Benda-benda tersebut dikategorikan sebagai etnomatematika karena bentuk-bentuk yang terdapat pada benda tersebut melibatkan konsep matematika. Salah satunya adalah konsep geometri. Benda-benda tersebut terdapat konsep geometri seperti model bangun datar yaitu persegi, persegipanjang, trapesium, segitiga, segitiga samakaki, segitiga samasisi, segilima, serta belah ketupat, model bangun ruang, meliputi kubus dan balok, model sifat matematis, meliputi sifat simetris, dan konsep translasi (pergeseran), serta pola dilatasi persegi.

3.      Satuan Lokal
Masyarakat jawa sudah memiliki satuan-satuan local untuk menghitung jumlah bahan makanan tertentu. Satuan lokal bahan makanan, meliputi satuan sajumput dan sacakup untuk satuan cabai, unting untuk satuan ikat kangkung, sawi, maupun kacang panjang, dompol/ ombyok untuk satuan tunggal petai, tundun serta cengkeh untuk satuan tunggal pisang, serta sejinah untuk satuan setiap 10 biji jagung, ataupun kue dan makanan-makanan tertentu. Konsep matematika seperti bilangan bulat jelas terdapat dalam satuan local tersebut.
4.      Gerabah dan Peralatan tradisional
Gerabah dan peralatan tradisional merupakan contoh bentuk etnomatematika masyarakat Cebongan Lor, layah (cobek) berbentuk lingkaran, entong berbentuk elips, capil berbetuk kerucut, ilir dan kelasa berbentuk persegipanjang, sabit menggunakann konsep garis lengkung, serta benda peninggalan budaya lainnya yang memiliki bentuk-bentuk geometri.
 5.      Permainan Tradisional
Konsep matematika sebagai hasil aktivitas bermain berkaitan dengan aktivitas mengelompokkan, menghitung atau membilang, dan lainnya dapat diungkap dari Masing-masing permainan tersebut memiliki konsep matematika sebagai berikut (Rachmawati, dalam Eksplorasi budaya masyarakat Sidoarjo):
a. Hompimpa dan suit: konsep peluang
b. Jangklet (engklek): model persegi dan persegipanjang
c. Jantengan (bola bekel): konsep translasi, membilang, penjumlahan serta pengurangan pada bilangan bulat 1 sampai 5.
d. Lompat tali: konsep garis lurus dan garis lengkung.
e. Bermain pasir: konsep bangun ruang.
f. Pasaran: konsep aritmatika sosial, meliputi nilai mata uang serta operasi bilangan bulat.
g. Sengidanan (petak umpet): konsep menghitung bilangan dari 1 s.d. 10.
h. Dakon: konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian pada bilangan bulat.

Referensi:
1.      Jurnal Unesa yang berjudul “Eksplorasi Ethnomatematika Masyarakat Sidoarjo” oleh Inda Rachmawati. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
2.      Karya tulis berjudul Aplikasi Borobudur Ethnomathematics, Media Pembelajaran Matematika Sebagai Pendukung Pembelajaran Geometri Berbasis Etnomatematika” oleh Miftah Rizqi Hanafi. Universitas Negeri Yogyakarta. 2014
3.      http://tarabuwana.blogspot.co.id/2010/10/penampungan-bcb-mlati.html

Puisi "Senja dan Dirinya"

Senja dan Dirinya Senja mulai berganti malam hiruk pikuk suara memenuhi semua penjuru ruangan aku melihat seseorang terdiam memandangku...