Budaya
merupakan aset suatu negara sangat mendominasi. Budaya Indonesia yang begitu
bergam tesebar di seluruh pelosok Indonesia. Tidak dipungkiri bahwa
budaya-budaya yang ada di Indonesia dapat menjadi bahan ajar dalam matematika
yang disebut sebagai etnomatematika. Salah satunya terdapat di dusun Cebongan
Lor. Dusun Cebongan Lor merupakan dusun yang dapat dikatakan sebagai kota kecil
karena terletak di wilayah yang strategis. Dusun tersebut diapit tempat-tempat vital
seperti kawasan pemerintahan kecamatan Mlati, puskesmas, pasar, swalayan,
sekolah-sekolah, lapangan dan berbagai tempat yang digunakan sebagai
perkumpulan warga. Lantas, dusun tersebut seperti layaknya kota yang dipenuhi
dengan lalu lalang orang dan banyak bangunan-bangunan yang sudah berdiri.
Meskipun demikian, Cebongan Lor merupakan suatu dusun yang masih kental akan
budaya. Budaya-budaya yang berada di Cebongan Lor juga erat kaitannya dengan
etnomatematika.
Etnomatematika
merupakan ranah inovasi yang berhubungan dengan budaya dan matematika. Etnomatematika
terdiri dari dua kata, etno (etnis/budaya) dan matematika. Itu berarti bahwa
dalam ethnomathematics, matematika terkait dengan budaya. Selanjutnya, menurut
Ascher di Rex Matang (2002) budaya berarti bahasa masyarakat, tempat, tradisi,
dan cara-cara pengorganisasian, menafsirkan, konseptualisasi, dan memberikan
makna terhadap dunia fisik dan sosial. Sekarang ini sudah banyak etnomatematika
yang disisipkan dalam pembelajaran matematika guna meningkatkan pemahaman
konsep-konsep matematika.
Berikut ini
merupakan kekayaan di Cebongan Lor dan dalam lingkup kecamatan Mlati yang mengandung
etnomatematika:
1. Perhitungan
Neptu Jawa dan Pasaran
Pasaran
adalah nama pada 5 hari dalam satu siklus, yaitu Legi, Pon, Wage, Kliwon,
Pahing. Sedangkan neptu adalah nilai dari jumlah hari dan pasaran. Masyarakat
Cebongan Lor masih banyak yang menganut perhitungan Jawa demikian ketika
memilih calon pasangan hidup atau untuk menentukan tanggal pernikahan. Melalui
konsep tersebut telah menggunakan konsep matematika seperti operasi penjumlahan
bahkan sampai perkalian modulo.
2. Penampungan
Benda Cagar Budaya Mlati
(Sumber:
http://tarabuwana.blogspot.co.id/2010/10/penampungan-bcb-mlati.html)
Tempat
penampungan Benda Cagar Budaya Mlati merupakan situs yang digunakan untuk
menampung benda-benda purbakala yang ditemukan di daerah kecamatan Mlati
termasuk dusun Cebongan Lor. Benda-benda tersebut dikategorikan sebagai
etnomatematika karena bentuk-bentuk yang terdapat pada benda tersebut
melibatkan konsep matematika. Salah satunya adalah konsep geometri. Benda-benda
tersebut terdapat konsep geometri seperti model bangun datar yaitu persegi,
persegipanjang, trapesium, segitiga, segitiga samakaki, segitiga samasisi,
segilima, serta belah ketupat, model bangun ruang, meliputi kubus dan balok,
model sifat matematis, meliputi sifat simetris, dan konsep translasi
(pergeseran), serta pola dilatasi persegi.
3. Satuan
Lokal
Masyarakat
jawa sudah memiliki satuan-satuan local untuk menghitung jumlah bahan makanan
tertentu. Satuan lokal bahan makanan, meliputi satuan sajumput dan sacakup
untuk satuan cabai, unting untuk satuan ikat kangkung, sawi, maupun kacang
panjang, dompol/ ombyok untuk satuan tunggal petai, tundun serta cengkeh untuk
satuan tunggal pisang, serta sejinah untuk satuan setiap 10 biji jagung,
ataupun kue dan makanan-makanan tertentu. Konsep matematika seperti bilangan
bulat jelas terdapat dalam satuan local tersebut.
4. Gerabah
dan Peralatan tradisional
Gerabah
dan peralatan tradisional merupakan contoh bentuk etnomatematika masyarakat Cebongan
Lor, layah (cobek) berbentuk lingkaran, entong berbentuk elips, capil berbetuk
kerucut, ilir dan kelasa berbentuk persegipanjang, sabit menggunakann konsep
garis lengkung, serta benda peninggalan budaya lainnya yang memiliki
bentuk-bentuk geometri.
5. Permainan
Tradisional
Konsep
matematika sebagai hasil aktivitas bermain berkaitan dengan aktivitas mengelompokkan,
menghitung atau membilang, dan lainnya dapat diungkap dari Masing-masing
permainan tersebut memiliki konsep matematika sebagai berikut (Rachmawati,
dalam Eksplorasi budaya masyarakat Sidoarjo):
a.
Hompimpa dan suit: konsep peluang
b.
Jangklet (engklek): model persegi dan persegipanjang
c.
Jantengan (bola bekel): konsep translasi, membilang, penjumlahan serta
pengurangan pada bilangan bulat 1 sampai 5.
d.
Lompat tali: konsep garis lurus dan garis lengkung.
e.
Bermain pasir: konsep bangun ruang.
f.
Pasaran: konsep aritmatika sosial, meliputi nilai mata uang serta operasi
bilangan bulat.
g.
Sengidanan (petak umpet): konsep menghitung bilangan dari 1 s.d. 10.
h.
Dakon: konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian pada bilangan
bulat.
Referensi:
1. Jurnal
Unesa yang berjudul “Eksplorasi Ethnomatematika Masyarakat Sidoarjo” oleh Inda
Rachmawati. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
2. Karya
tulis berjudul “Aplikasi Borobudur
Ethnomathematics, Media Pembelajaran Matematika Sebagai Pendukung
Pembelajaran Geometri Berbasis Etnomatematika” oleh Miftah Rizqi Hanafi.
Universitas Negeri Yogyakarta. 2014
3. http://tarabuwana.blogspot.co.id/2010/10/penampungan-bcb-mlati.html