Senin, 28 November 2016

Kreativitas Warga Cebongan Lor Dalam Merti Desa Tlogoadi Diacungi Jempol



Dalam rangka memperingati hari jadi Desa Tlogoadi yang ke-68, Desa Tlogoadi mengadakan merti desa yang diikuti oleh 12 Dusun yaitu Cebongan Lor, Cebongan Kidul, Karanglo, Karangbajang, Getas Toragan, Getas Kalongan, Getas Gandekan, Bolawen, Nambongan, Sanggrahan, Plaosan, dan Nglarang. Masing-masing dusun memberikan aneka kreasi yang dimiliki dusun. Acara merti desa diadakan pada tanggal 27 November 2016 dengan melakukan kirab sepanjang jalan Youth Center menuju kantor Desa Tlogoadi. Kirab merti desa dihadiri oleh  Seluruh Kepala Desa Se-Kecamatan Mlati, Wakil Bupati Sleman, Camat Mlati, Kepala KUA Mlati, Kapolsek Kecamatan Mlati serta Danramil Mlati dan beberapa jajaran perangkat Desa Tlogoadi.
Cebongan Lor sebagai salah satu pengisi acara merti desa menampilkan berbagai penampilan yang diikuti mulai dari anak-anak PAUD hingga orang tua. Kirab budaya Cebongan Lor bertema “Manusia Daur Ulang Sampah”. Tema ini diambil karena saat ini pembuangan sampah sudah sulit dan di dusun Cebongan Lor sudah ada pengelolaan sampah mandiri yang bernama “Bank Sampah Semi”. Terdapat berbagai kelompok yang dikelompokkan berdasarkan kostum yang digunakan diantaranya Laskar Kyai Cebong, Karate Anak, Bank Sampah “Semi”, Kebaya, Tari Tradisional, Ibu-ibu PKK, Klothekan, “Ogoh-ogoh”, Bola Dunia, Panji, Cacing Pengurai, dan  Anak-anak Paud. Dari berbagai kategori tersebut menggunakan berbagai atribut dan properti yang menambah kemeriahan kirab budaya dalam rangka memperingati merti desa Tlogoadi.
Garda terdepan Cebongan Lor diisi oleh Laskar Kyai Cebong yang merupakan barisan Prajurit khas Yogyakarta atau yang disebut bregodo. Dengan membawa property yang terbuat dari bamboo bertuliskan “Cebongan Lor”, Laskar Kyai Cebong yang diikuti oleh 40 orang memberikan kesan yang berwibawa dari sosok prajurit. Kostum yang digunakan adalah pakaian lurik Jawa lengkap dengan senjata tombak. Langkah demi langkah Laskar Kyai Cebong sangat teratur sesuai iringan gamelan.
Laskar Kyai Cebong

Setelah Laskar Kyai Cebong, kelompok Karate Anak Cebongan Lor menempati posisi kedua. Kelompok karate sebagai salah satu wadah pengembangan diri anak di Cebongan Lor belum lama dibentuk. Meskipun demikian, antusias anak-anak untuk mengikuti cukup tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah anak yang tergabung sebanyak +- 12 anak.
Bank Sampah “Semi” merupakan salah satu program yang sangat diunggulkan oleh Cebongan Lor. Pada kirab kali ini, dari pemuda menampilkan property yang terbuat dari sampah. Properti yang digunakan berupa rumah sampah yang dibuat dari gerobak dan dihias dengan sampah-sampah yang ada. Kemudian pemudi mengenakan gaun cantik yang terbuat dari sampah plastik sedangkan pemuda mengenakan kostum dari sampah kardus yang sudah dicat membentuk karakter-karakter tertentu. Bank Sampah “Semi” menjadi sorotan publik karena keuletan dan kreativitas yang ditampilkan oleh pemuda pemudi Cebongan Lor.
Bank Sampah "Semi"

Kelompok kebaya diisi oleh anak-anak TK yang menggunakan kostum kebaya dan didandani khas Jawa. Anak-anak terlihat sangat cantik dan lucu. Setelah kelompok kebaya, pemudi Cebongan Lor menampilkan kreasi tari tradisional. Mereka berpenampilan menarik dengan pakaian jawa dan atribut berupa caping yang dihias dengan bunga-bunga. Sepanjang jalan pemudi menyanyikan berbagai lagu Jawa dan tarian sederhana yang menghibur dan sangat unik. Setelah deretan kelompok tradisional, selanjutnya diisi oleh ibu-ibu PKK Cebongan Lor yang menggunakan pakaian Jawa dan caping seperti halnya kelompok tari. Ada yang berperan sebagai tukang jamu, ada pula yang membawa papan berupa himbauan-himbauan untuk warga masyarakat. Contoh tulisan-tulisan tersebut adalah “Dukung PHBS”, “Cegah DB dengan 3M”.
Garda selanjutnya adalah gabungan dari tim klothekan, “Ogoh-Ogoh”, Bola Dunia, Panji dan Cacing Pengurai. “Ogoh-ogoh” merupakan properti berupa orang-orangan yang menunjukkan warga Cebongan Lor yang peduli akan lingkungan dengan membawa sapu sebagai salah satu alat kebersihan lingkungan. Kelompok Bola Dunia dan Panji diperankan oleh manusia hitam dan manusia putih. Properti bola dunia terbuat dari bambu kemudian digulingkan sepanjang jalan dan dikawal oleh Panji. Ini dimaknai bahwa kekayaan alam Dusun Cebongan Lor dikelola dengan baik oleh warga. Kemudian ada Cacing Pengurai yang diperankan oleh manusia hitam. Cacing pengurai ini juga menunjukkan kesuburan tanah di Cebongan Lor. Yang dimaksud manusia dan manusia putih disini adalah lambing keberagaman manusia baik dari segi agama, budaya maupun suku. Manusia hitam dan putih dibentuk dengan mengecat seluruh tubuh menggunakan cat yang dapat dicuci dengan air.
"Ogoh-ogoh"

Anak-anak PAUD Srikandi Cebongan Lor adalah kelompok terakhir dari Cebongan Lor, Diikuti oleh anak-anak PAUD sebanyak +- 25 orang dan wali murid serta guru-guru PAUD. Dengan menyanyikan lagu-lagu anak-anak, menambah kelucuan dan kemeriahan suasana kirab.

Cebongan Lor dinilai sebagai dusun yang paling kreatif dalam menampilkan berbagai macam atraksi maupun ide unik kostum maupun properti yang digunakan. Banyak warga yang terkesan dengan kreativitas dan kekompakan Dusun Cebongan Lor dalam mengikuti merti Desa Tlogoadi. Semua atas dukungan dan kerjasama dari warga masyarakat Cebongan Lor dan pihak-pihak yang membantu kelancaran persiapan dalam menyambut merti desa Tlogoadi.

Kamis, 17 Maret 2016

Identifikasi Benda Cagar Budaya sebagai Objek-objek Etnomatematika



Tempat Penelitian       : Situs Penampungan Mlati
Alamat                        : Cebongan, Tlogoadi, Mlati, Sleman
Hari, tanggal               : Selasa, 15 Maret 2016

            Pada kesempatan kali ini akan dibahas megenai objek-objek etnomatematika yang berkaitan dengan konsep matematika. Sebelum itu, akan dijelaskan terlebih dahulu tentang Situs Penampungan Mlati yang berada di daerah Cebongan.
            Situs penampungan mlati merupakan penampungan Benda Cagar Budaya (BCB) di wilayah Kabupaten Sleman, selain penampungan BCB Turi dan penampungan BCB Seyegan. Benda Cagar Budaya yang berada di penampungan Seyegan merupakan pengamanan benda cagar budaya di tiga wilayah, yaitu: Kecamatan Sleman, Kecamatan Gamping dan Kecamatan Mlati. Di penampungan mlati ini terdapat berbagai macam benda cagar budaya pula.
            Benda cagar budaya yang berada di Situs Mlati tersebut merupakan benda-benda yang tidak utuh bentuknya. Artinya hanya sebagian-sebagian dari bagian candi atau bahkan berupa potongan-potongan kecil dari suatu bangunan mirip candi. Namun, ada banyak yang masih dapat diidentifikasi nama benda dan fungsinya.
            Situs ini memiliki banyak objek yang didalamnya mengandung unsur etnomatematika, artinya mempunyai nilai yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika. Berikut merupakan hasil identifikasi benda-benda cagar budaya yang ada di situs tersebut.
No
Objek Etnomatematika
Identifikasi unsur dasar konsep matematika
1.



Antefik candi
Antefik merupakan unsur bangunan yang berfungsi sebagai hiasan bagian luar.
Antefik candi ini kebanyakan memiliki struktur yang berbentuk segitiga (meruncing ke bagian atas). Antefik candi juga memiliki pola-pola yang khas, lekukan yang simetris pula dan struktur hiasan yang bervariasi.

Kaitannya dengan etnomatematika, antefik candi mengandung konsep geometri yakni konsep bangun datar seperti segitiga, kemudian konsep refleksi(pencerminan) yang menghasilkan bentu-bentuk simetris serta sama ukurannya. Terdapat pula konsep garis baik garis lengkung maupun garis lurus.
 2.



Gambar di samping kiri tersebut sangat jelas memperlihatkan konsep matematika yaitu lingkaran dan segi banyak. Menurut gambar terdapat pola segi-8, ada pula segi-6 dan segi-4.
 3.

Miniatur Candi

Miniatur candi dibuat dengan ukuran kecil. Dalam miniatur candi terdapat konsep-konsep matematika yaitu geometri karena terdapat berbagai macam bentuk bangun datar seperti persegi, trapesium sama kaki, persegi panjang, lingkaran. Selain itu juga terdapat konsep bangun ruang seperti kerucut, limas segi empat, balok, kubus, prisma.
Miniatur candi juga mengandung sifat model matematis yaitu berupa refleksi (pencerminan) dan translasi (pergeseran).
 4.
Kemuncak
Kemuncak merupakan unsur bangunan berupa menara-menara kecil yang mengelilingi puncak.

Menurut gambar di samping, jelas terlihat bahwa kemuncak menggunakan konsep geometri dasar yaitu bangun datar berupa lingkaran. Selain itu juga ada garis lengkung dan konsep bangun ruang seperti bola.
 5.


Yoni
Yoni adalah symbol aspek wanita juga dianggap sebagai penggambaran sakti (istri) Dewa Siwa.

Jika kita lihat dari gambar, pada bagian atas terdapat bentuk segi empat. Kemudian bagian bawah juga terdapat bentuk-bentuk bangun sisi datar maupun lengkung. Hal tersebut erat kaitannya dengan geometri yaitu konsep bangun datar (persegi, persegi panjang, trapesium sama kaki), bangun ruang, sifat garis lengkung, dan garis lurus.

Bentuk yoni dapat memperkenalkan konsep volume bangun ruang yang membutuhkan panjang, lebar dan tinggi dari bangun tersebut.
6.



 Kala

Kala merupakan hiasan berbentuk kepala raksasa dengan ekspresi yang menakutkan seperti mata melotot, mulut menganga dan gigi bertaring.

Kaitannya dengan konsep matematika adala, pada bagian mata terdapat konsep refleksi (pencerminan), serta pola indah bagian dagu dapat menggambarkan pola-pola bilangan.
 7.


Lesung
Lesung merupakan alas menumbuk yang memiliki lubang berbentuk lonjong.

Jika dikaitkan dengan konsep matematika,  lesung terdapat konsep geometri yaitu irisan kerucut kategori bentuk elips. Atau jika dilihat secara sederhana bentuk lonjong merupakan visualisasi dari bentuk-bentuk bangun datar pada konsep dasar geometri.




Dari berbagai uraian di atas bahwa di Situs Penampungan Mlati banyak terdapat benda-benda cagar budaya yang berkaitan dengan etnomatematika. Dapat dismpulkan pula bahwa kebanyakan benda-benda tersebut berkaitan dengan konsep geometri dalam matematika.

Puisi "Senja dan Dirinya"

Senja dan Dirinya Senja mulai berganti malam hiruk pikuk suara memenuhi semua penjuru ruangan aku melihat seseorang terdiam memandangku...